Tak terasa sudah 5 tahun berlalu aku hidup di
dalam rumah tanpa adanya kasih sayang satu sama lain, entah bagaimana mana
ceritanya yang jelas semua terjadi karena kesalahan ayah 5 tahun yang lalu,
yang menyebabkan semua menjadi runtuh dan kacau. Oia, namaku Aqila aku
tinggal diperumahan yang cukup elit di daerah Lembang, meskipun perumahan elit
tapi aku tidak merasa bahagia karena menurutku sebuah keutuhan keluarga yang
membuat aku bahagia dalam menjalani hidupku ini.
Hidupku sudah tak karuan ketika kejadian 5 tahun yang lalu , kejadian tersebut
sangat membuatku terpukul dan kecewa tehadap kedua orang tuaku, aku marah,
kesal, menangis, kecewa. Tapi bagaimanapun itu sudah menjadi keputusan mereka
berdua , aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa mengikuti kemauan
mereka berdua saja, meskipun terjadi dampak yang sangat signifikan terhadap
hidupku.
Haaaah, kadang dalam lamunanku selalu terlintas masa-masa dahulu ketika aku
, ayah, dan ibu selalu bersama dan berbagi kasih sayang. Aku rindu
saat-saat dahulu , saat ayah selalu menciumku ketika aku akan berangkat ke
sekolah, saat ibu selalu mengingatkanku untuk sarapan , mengingatkanku dengan
berbagai hal yang sepele sekalipun dan kadang aku kesal karena terasa hidupku
terlalu diatur oleh mereka . Tapi apa yang terjadi sekarang ? aku menyesal ,
menyesal karena terlalu mengabaikan apa yang diperhatikan oleh kedua orangtuaku
dan aku mengabaikannya, betapa bodohnya aku .
Mungkin itu sudah menjadi suratan takdir, tetapi andai saja dahulu ayah
tidak melalakukan dosa yang tiada ampun dari ibu. Mungkin semuanya tidak akan
seperti ini, semua berwal ketika dulu aku dan ibu pergi kerumah nenek di Bogor
, ibu mendapat kabar bahwa nenek ku sedang di rawat dirumah sakit. Aku dan ibu
langsung berinisiatif untuk pergi ke Bogor bersama supir kami. Ibu sudah memberi
tahu ayah melalui Telepon genggamnya, dan ayah mempersilahkan kami untuk pergi
ke Bogor, dan ayah mengijinkan.
Setelah kami sampai di Bogor benar saja, neneku sudah masuk UGD (
Unit Gawat Darurat ) dan langsung mendapat pertolongan pertama. 3 hari berlalu
kondisi neneku sudah membaik dan disana sudah banyak sodaraku yang ikut menjaga
beliau , ibu dan aku berniat untuk pulang dan meminta ijin dulu kepada nenek
“ bu , kami ijin pulang dulu ya. Kasihan mas irfan sudah 3 hari kami
tinggalkan” ijin ibu.
“ biarkan kamu disini untuk lebih lama Ratna, toh suamimu juga sudah
mengijiizinkan kamu untuk mengurusi ibu . lagi pula ibu masih kangen dengan
cucu kesayangan ibu ini “ jawab nenek.
“ tapi kasihan mas irfan bu, tidak ada yang mengurusinya sarapan ketika
akan berangkat ke kantor. Saya khawatir dengan keaadaanya bu”balas ibu.
“ ya sudah, pulanglah dulu sanah . Tapi nanti kamu dan Qila kembali lagi ke
Bogor ya nak, “ jawab nenek
Ibu tersenyum dan mengangguk “ Saya pergi dulu bu, Ibu jangan khawatir .
Ada Dimas yang akan menunggui ibu setiap malam, jangan sungkan untuk meminta
sesuatu kepadanya ya bu” pesan ibuku kepada nenek.
“ iya nak” jawab nenek.
Kami pun pulang dengan hati yang tenang , karena sudah mendapatkan ijin dari
nenek.
“ selalu saja begitu , nenek
mu itu terlalu takut kita akan meninggalkanya . padahalkan tidak ya nak ?”
tanya ibu kepadaku.
“iya bu, nenek terlalu sayang kepadaku” kataku.
“tidak, nenek sayang kepada semua
cucu-cucunya hanya saja kamu yang paling jauh” jelas ibu.
Dalam perjalanan kami pulang, ibu menceritakan kisah mudanya saat dulu
menjadi anak yang paling diperhatikan nenek . Dan aku rasa itu bukan sesuatu
hal yang aneh, bila dpikir-pikir ibu pantas menjadi anak yang paling disayangi
oleh nenek , yang pertama ibu anak perempuan satu-satunya, bungsu pula. Lalu
ibu prempuan cantik, rajin, dan sholehah ketika masih muda dulu dan sekarangpun
tidak berubah. Beruntungnya ayahku memiliki ibu.
“aku ingin seperti ibu” tiba-tiba aku mengatakanya dan langsung memeluk ibuku.
“tidak nak, kamu harus lebih dari ibu” jawab ibu. Aku tersenyum mendengar
ucapan ibu sambil berkaca-kaca.
Tak terasa perjalanan Bogor – Bandung terasa begitu cepat ,
tidak seperti biasanya . kami pun sampai dengan hati yang gembira, entahlah
hatiku terasa berbeda semenjak obrolan aku dengan ibu di mobil tadi, kata-kata
ibu membuatku lebih bersemangat dalam menjalani hidup ini.
“Astaga , kelakuan ayah mu ini nak. Rumah ko sampai berantakan seperti ini ,
baru saja 3 hari ibu tinggal. Bagaimana kalau 1 minggu , ini saja sudah seperti
kapal pecah , nanti mau jadi kapal apa ?” ibu dengan nada kesal,
“ kapal pesiar kali bu. Hehehe “ sahut ku.
“ sudah masuk kamar , kamu istirahat dulu . ibu mau membersihkan rumah “
perintah ibu
“ tapi bu ? Hmm iya deh , lagian aku mengantuk bu , dirumah sakit banyak
nyamuk jadi ga bisa tidur nyenyak deh . ibu juga istirahat yah “ kataku sambil
masuk kamar. Dan ibu menjawab dengan anggukan saja, mungkin ibu merasa lelah
dan kesal atas perbuatan ayahku yang membuat rumah berantakan.
Akupun langsung memasuki ruangan yang super nyaman dan indah ini alias kamarku
sendiri, entahlah aku rasa tidak ada tempat yang paling nyaman kecuali kamar ku
sendiri, karena menurutku tempat inilah yang tahu segalanya, ketika aku
menangis, bahagia, sedih , menderita , kamarku tempat yang paling aman untuku
bersembunyi dan berbagi dengan buku diary kesanganku ini.
Dear Diary
Hari ini , hari yang takan aku lupakan seumur hidupku. Kenapa coba ? hari
ini ibu memberiku banyak pengalaman dan nasihat untuk hidupku agar kelak aku
menjadi wanita yang tidak takut untuk menghadapi dunia. Percakapan kami seperti
percakapan 2 wanita dewasa yang tahu tentang isi dunia saja, Ibu sosok yang
paling aku kagumi , hmm aku menyayangimu bu dan akan selalu begitu.
Waktu menunjukan pukul 14.00 , tak terasa aku tidur hampir 2 jam tadi.
Aku terbangun karena mendengar ibu memanggilku depan pintu
“ Qila, bangun nak . ayo makan siang dulu ! ayo sayang bangun “ perintah
ibu .
“ hmm, iya bu Qila bangun “ sahutku. Aku langsung bergegas ke kamar mandi.
Di ruang makan,
“ waah wanginya, kayanya enak yaa , kalo ada ayah aku tantang lagi deh
balap makan kaya minggu lalu. Hahaha . eeh ayah belum pulang ya bu ? “ tanyaku
,
“ kamu ini, sekarang masih jam 3 sayang,kamu tidur terlalu lama sih . jadi ga
inget waktu gitu “ sindir ibu.
“ ehehe , abis cape bu jadi pules deh “ belaku.
“ sudah, makan cepat nanti keburu dingin kan ga enak” perintah ibu.
Langsung saja aku santap dengan lahap ,
“ pelan-pelan nak, nanti tersedak “ perintah ibu sambil tersenyum .
“mhmhmhmhm , gakuat bu laper “ seperti orang yang kelaparan .
Makan siang sudah selesai dan mebersihkan meja makan pun sudah, waktu sudah
menunjukan pukul 16.00 atau jam 4 sore .
“ Hmm, mandi aja deh “ kataku sambil membawa handuk dijemuran.